Sri maharaja Balaputradewa adalah anggota
wangsa sailendra ,raja kerajaan Sriwijaya berkuasa abad ke 8-9 M atau 850-an
berasal dari wangsa Sailendra .Riwayat hidup Balaputradewa berasal yang
tercatat dalam sejumlah catatan sejarah sangat terbatas tidak menyebutkan
tanggal atau tahun Ia lahir ,namun hanya menyebutkan tahun Ia diangkat menjadi
raja kerajaan Sriwijaya yakni tahun 860-an ,namun tidak diketahui secara pasti
tahun berapa Bala putradewa lahir dan tahun berapa Ia meninggal.
Balaputradewa berasal dari keluarga
keturunan wangsa Sailendra membuat Ia tumbuh menjadi pribadi yang tegas
,pemberani dan bijaksana. Ayah kandung Balaputradewa bernama Samaragrawira
serta ibunya bernama Dewi Tara ,putri Sri Dharmasetu dari wangsa Somo.Riwayat
hidup Balaputradewa tercatat dalam sejumlah prasasti salah satunya prasasti
Nalanda misalnya mencatat Balaputradewa adalah cucu wirawairimathana atau
penumpas musuh perwira kemudian dalam prasasti Kelurak Balaputradewa cucu dari
Wairiwaramardana . Julukan ini seringkali ditujukan pada Dharanandra ,dengan
kata lain Balaputradewa adalah cucu Dharanindra.Balaputradewa sebelum
mengangkat dirinya menjadi maharaja Sriwijaya dulu pernah tinggal ditanah jawa
tepatnya dikawasan kerajaan Medang periode Jawa Tengah atau kerajaan Mataram
kuno.Ketika tinggal ditanah jawa pernah terjadi ketegangan antara Balaputradewa
dengan Pramodhawardhani. Pasca meninggalnya raja Samaratungga akibat perebutan
kekuasaan dan perebutan kekuasaan itu terjadi pasalnya Balaputradewa menganggap
memiliki hak atas tahta kerajaan Medang karena Balaputradewa adalah adik
Samaratungga dan Pramodhawardhani juga tak mau kalah menganggap Ia adalah anak
kandung Samaratungga.Perang saudara tidak dapat terelakkan setelah tahta
kerajaan jatuh kepada menantu bernama Jatingrat atau Rakai Pikatan membuat
Balaputradewa tidak terima kemudian Balaputradewa melakukan serangan terhadap
Pramodhawardhani .
Serangan yang dilakukan Balaputradewa
mendorong Jatiningrat atau Rakai Pikatan sebagai suami Pramodhawardhani
membantu sang isteri untuk mempertahankan kerajaan dari serangan
Balaputradewa.Menariknya saat menyerang Pramodhawarni menurut teory De Casparis
Balaputradewa membangun benteng terbuat dari tatanan batu di Situs istana Ratu
Boko,meski benteng situs ratu boko menurut Boebhory bukan milik Balaputradewa
melainkan Rakai Wailang keturunan Wangsa Sanjaya .
Sayangnya dalam perang melawan
Pramodhawardhani kemudian Balaputradewa mengalami kekalahan dan melarikan diri
ke Sumatera Selatan.Balaputradewa melarikan diri bukan karena mengalami
kekalahan dalam perang melawan Pramodhawardhani melainkan Balaputradewa merasa
tidak berhak atas tahta kerajaan ditanah jawa akhirnya Ia kembali ke tempat
kelahiran ibunya Dewi Tara ke Swarnadwipa atau pulau sumatera. Kisah perang
saudara antara Balaputradewa melawan Pramodhawardhani -Rakai Pikatan tercamtum
disejumlah prasasti: tulang air 850,argapura 863 dan sejak itulah bhumi jawa
dikuasai samaratungga dan pramodhawardani menikah dengan Jatiningrat.Pasca
perang saudara Jatiningrat bergelar Rakai Pikatan bersama Pramodawardhani
membangun kerajaan Medang selanjutnya Balaputradewa setelah sampai di pulau
Sumatera membangun kembali kerajaan Sriwijaya pasalnya kerajaan Sriwijaya
diambang kehancuran akibat dari lepasnya Kamboja dari kekuasaan Samaragrawira
sehingga Ia memutuskan membagi kekuasaan menjadi 2 samaratungga dibhumi jawa
dan Balaputradewa di sumatera .
Pada tahun 850-an M Balaputradewa
mengangkat dirinya sebagai raja Sriwijaya bergelar Sri Maharaja Balaputradewa
,namun bukan berarti Balaputradewa merebut kekuasaan dari dharmasetu ,tetapi
jawa dan sumatera adalah daerah kekuasaan wangsa Sailendra.Kerajaan Sriwijaya
dibawah pemerintahan Balaputradewa kerajaan Sriwijaya mengalami kemajuan pesat
dan wilayah pelayaran Sriwijaya makin luas.Luas wilayah pelayaran dimasa
pemerintahan Balaputradewa mencapai wilayah India bahkan mampu menguasai
pelayaran dikawasan Semenanjung malaya,selat malaka sehingga Sriwijaya menjadi
pusat perdagangan di asia tenggara. Sriwijaya makin maju apalagi didukung
armada laut Sriwijaya memberi kekuatan ekonomi bagi Sriwijaya dan kekuatan
ekonomi Sriwijaya kemudian dikembangkan oleh Balaputradewa menjadi jalur
perdagangan ,pelayaran lama kelamaan jalur perdagangan kerajaan Sriwijaya
kemudian dijadikan pusat perdagangan serta membangun perdagangan internasional
dengan pelayaran india dan cina.
Sementara Balaputradewa juga menjalin
persahabatan dengan membangun wihara sebentuk persahabatan,namun sayang pasca
Balaputradewa kerajaan Sriwijaya terus mengalami kemunduran .Kini jejak sejarah
kerajaan sriwijaya dapat dilihat dalam museum Balaputradewa seperti patung
,arca kerajaan sriwijaya,senjata,naskah dan koleksi sejarah lainnya.
BIOGRAFI MAHARA JA BA LA PUTRA DEWA
Balaputradewa adalah salah satu tokoh dalam sejarah nusantara yang sangat berpengaruh. Pengaruhnya tidak hanya di wilayah Asia bagian tenggara, melainkan meluas hingga ke daratan India. Seorang Raja yang telah memberikan landasan bagi politik dan diplomasi internasional. Sehingga mampu mengantarkan kerajaan yang dipimpinnya menjadi lebih besar dan juga dikenal di beberapa peradaban di zamannya. Nama Balaputradewa disebut-sebut dalam sebuah prasasti yang dikeluarkan oleh seorang raja bernama Dewapaladewa (atas nama Balaputradewa). Prasasti tersebut ditemukan di Nalanda, India bagian timur (negara bagian Bihar). Isinya tentang pendirian bangunan (atau tempat ibadah) di Nalanda oleh Raja Balaputradewa. Prasasti ini diduga berasal dari abad ke-9 Masehi.
Prasasti Nalanda memberitakan kepada kita bahwa Maharaja Balaputradewa adalah raja Suwarnadwipa. Prasasti itu tidak menyebutkan secara langsung bahwa Balaputradewa merupakan raja dari kerajaan Sriwijaya. Munculnya anggapan bahwa Balaputradewa adalah raja di Sriwijaya merupakan hasil analisis atau penyamarataan Suwarnadwipa dengan Sriwijaya di satu pihak dan penyamarataan
San-fo-tsi
dengan
Shih-li-fo-shih
di lain pihak. Maka tidak heran jika Balaputradewa sering dihubungkan dengan kerajaan Sriwijaya. Geneologi: adalah kajian tentang keluargadan penelusuran jalur keturunan serta sejarahnya.Prasasti Nalanda menyajikan
geneologi
\Balaputradewa. Dalam prasasti itu Balaputradewa mengaku sebagai cucu raja dari wangsa Sailendra yang menyandang gelar
Śailendrawamśatilaka
Śrī
Wīrawairimathana
yang berarti “Permata keluarga Sailendra, Pembunuh para Musuh yang gagah”.
Asal-Usul
Menurut
prasasti Nalanda, Balaputradewa adalah cucu seorang raja Jawa yang dijuluki
Wirawairimathana (penumpas musuh perwira). Julukan kakeknya ini mirip dengan
Wairiwarawimardana alias Dharanindra dalam prasasti Kelurak. Dengan kata lain,
Balaputradewa merupakan cucu Dharanindra.
Ayah
Balaputradewa bernama Samaragrawira, sedangkan ibunya bernama Dewi Tara putri
Sri Dharmasetu dari Wangsa Soma. Prasasti Nalanda sendiri menunjukkan adanya
persahabatan antara Balaputradewa dengan Dewapaladewa raja dari India, yaitu
dengan ditandai pembangunan wihara yang diprakarsai oleh Balaputradewa di wilayah Benggala.
Keluar dari Jawa
Teori yang
sangat populer, yang dikembangkan oleh De Casparis, menyebutkan bahwa
Samaragrawira identik dengan Samaratungga raja Jawa. Sepeninggal Samaratungga
terjadi perebutan takhta di antara kedua anaknya, yaitu Balaputradewa melawan
Pramodawardhani. Pada tahun 856 Balaputradewa dikalahkan oleh Rakai Pikatan
suami Pramodawardhani sehingga menyingkir ke pulau Sumatra.
Teori ini
dibantah oleh Slamet Muljana karena menurut prasasti malang, Samaratungga hanya
memiliki seorang anak perempuan bernama Pramodawardhani. Menurutnya,
Balaputradewa lebih tepat disebut sebagai adik Samaratungga. Dengan kata lain,
Samaratungga adalah putra sulung Samaragrawira, sedangkan Balaputradewa adalah
putra bungsunya.
Pengusiran
Balaputradewa umumnya didasarkan pada prasasti Wantil bahwa telah terjadi
perang antara Rakai Mamrati Sang Jatiningrat (alias Rakai Pikatan) melawan
seorang musuh yang membangun benteng pertahanan berupa timbunan batu. Dalam
prasasti itu ditemukan istilah Walaputra yang dianggap identik dengan
Balaputradewa.
Teori
populer ini dibantah oleh Pusponegoro dan Notosutanto bahwa, istilah Walaputra
bukan identik dengan Balaputradewa. Justru istilah Walaputra bermakna “putra
bungsu”, yaitu Rakai Kayuwangi yang dipuji berhasil mengalahkan musuh kerajaan.
Adapun Rakai Kayuwangi adalah putra bungsu Rakai Pikatan yang berhasil
mengalahkan musuh ayahnya.
Benteng
timbunan batu yang diduga sebagai markas pemberontakan Balaputradewa identik
dengan bukit Ratu Baka. Namun prasasti-prasasti yang ditemukan di daerah itu
ternyata tidak ada yang menyebut nama Balaputradewa, melainkan menyebut Rakai
Walaing Mpu Kumbhayoni. Jadi, musuh Rakai Pikatan yang berhasil dikalahkan oleh
Rakai Kayuwangi sang Walaputra ternyata bernama Mpu Kumbhayoni, bukan
Balaputradewa.
Menurut
prasasti-prasasti itu, tokoh Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni mengaku sebagai
keturunan pendiri Kerajaan Medang (yaitu Sanjaya). Jadi sangat mungkin apabila
ia memberontak terhadap Rakai Pikatan sebagai sesama keturunan Sanjaya.
Kiranya
teori populer bahwa Balaputradewa menyingkir ke pulau Sumatra karena didesak
oleh Rakai Pikatan adalah keliru. Mungkin ia meninggalkan pulau Jawa bukan
karena kalah perang, melainkan karena sejak awal ia memang tidak memiliki hak
atas takhta Jawa, mengingat ia hanyalah adik Maharaja Samaratungga, bukan
putranya.
Menjadi Raja Sriwijaya
Prasasti
Nalanda menyebut Balaputradewa sebagai raja Suwarnadwipa, yaitu nama kuno untuk
pulau Sumatra. Karena pada zaman itu pulau Sumatra identik dengan Kerajaan
Sriwijaya, maka para sejarawan sepakat bahwa Balaputradewa adalah raja
Sriwijaya.
Pendapat
yang paling populer menyebutkan Balaputradewa mewarisi takhta Kerajaan
Sriwijaya dari kakeknya (pihak ibu), yaitu Sri Dharmasetu. Namun, ternyata nama
Sri Dharmasetu terdapat dalam prasasti Kelurak sebagai bawahan Dharanindra yang
ditugasi menjaga bangunan Candi Kelurak.
Jadi,
Dharanindra berbesan dengan pegawai bawahannya, bernama Sri Dharmasetu melalui
perkawinan antara Samaragrawira dengan Dewi Tara. Dharmasetu menurut prasasti
Kelurak adalah orang Jawa. Jadi, teori populer bahwa ia merupakan raja Kerajaan
Sriwijaya adalah keliru.
Balaputradewa berhasil menjadi raja Kerajaan Sriwijaya bukan karena mewarisi
takhta Sri Dharmasetu, tetapi karena pada saat itu pulau Sumatra telah menjadi
daerah kekuasaan Wangsa Sailendra, sama halnya dengan pulau Jawa.
Berdasarkan analisis prasasti Ligor, Kerajaan Sriwijaya dikuasai Wangsa
Sailendra sejak zaman Maharaja Wisnu. Sebagai anggota Wangsa Sailendra,
Balaputradewa berhasil menjadi raja di Sumatra, sedangkan kakaknya, yaitu
Samaratungga menjadi raja di Jawa.
0 Komentar