Diplomasi dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

KMB
Perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah episode sejarah yang paling jauh ke dalam struktur kenangan dan kesadaran bangsa secara keseluruhan, bukan bersifat lokal, etnis, atau unsur keragaman lainnya. Hal ini bukan hanya suatu rangkaian peristiwa yang membangkitkan patriotisme, rasa cinta tanah air, dan nasionalisme, tetapi juga awal terlepasnya bangsa dari genggaman kolonialisme.

Masa awal revolusi, atau dikenal sebagai 'zaman bersiap' adalah saat romantik heroisme yang pendek. Masa itu betapa perlu perjuangan untuk menghilangkan mitos kekuasaan Belanda. Tidak ada lagi kalimat "Indonesia dikuasai Belanda 350 tahun" itu mitos keliru. Belanda baru kokoh menguasai wilayah Hindia Belanda (kini Indonesia) baru tahun 1910-an. Sebelum-sebelumnya Belanda gagal.

Revolusi kemerdekaan Indonesia, terutama pada tahap-tahap awalnya, lebih merupakan proses perubahan mendadak dan dramatis yang ditandai dengan aksi-aksi spontan dan kekerasan.


Aksi tersebut terjadi ketika konflik-konflik eksternal berlangsung simultan dengan konflil-konflik internal dan ketika euphoria merdeka disertai dengan kebencian terhadap unsur asing, pertama terhadap Jepang, kemudian Belanda dan sekutu.

Perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah episode sejarah yang paling jauh ke dalam struktur kenangan dan kesadaran bangsa secara keseluruhan, bukan bersifat lokal, etnis, atau unsur keragaman lainnya. Hal ini bukan hanya suatu rangkaian peristiwa yang membangkitkan patriotisme, rasa cinta tanah air, dan nasionalisme, tetapi juga awal terlepasnya bangsa dari genggaman kolonialisme.

Masa awal revolusi, atau dikenal sebagai 'zaman bersiap' adalah saat romantik heroisme yang pendek. Masa itu betapa perlu perjuangan untuk menghilangkan mitos kekuasaan Belanda. Tidak ada lagi kalimat "Indonesia dikuasai Belanda 350 tahun" itu mitos keliru. Belanda baru kokoh menguasai wilayah Hindia Belanda (kini Indonesia) baru tahun 1910-an. Sebelum-sebelumnya Belanda gagal.

Revolusi kemerdekaan Indonesia, terutama pada tahap-tahap awalnya, lebih merupakan proses perubahan mendadak dan dramatis yang ditandai dengan aksi-aksi spontan dan kekerasan.

Aksi tersebut terjadi ketika konflik-konflik eksternal berlangsung simultan dengan konflil-konflik internal dan ketika euphoria merdeka disertai dengan kebencian terhadap unsur asing, pertama terhadap Jepang, kemudian Belanda dan sekutu.



Dalam suasana penuh gejolak dan tidak menentu semacam itu, maka isu politik yang utama selama bulan-bulan pertama setelah proklamasi sebenarnya bukan soal pemerintahan, melainkan masalah rust en orde (hukum dan ketertiban keamanan).

Ketegangan memuncak sehubungan dengan isu pendaratan Sekutu ke Indonesia yang disertai dengan penyusupan unsur Belanda dalam rombongan tentara Inggris.

Pendaratan satuan-satuan tentara Inggris (atas nama Sekutu) pada awalnya jarang menimbulkan bentorkan dengan pemuda Indonesia, meskipun mereka sudah emosional karena menyangka Inggris datang untuk menegakkan kembali pemerintah Belanda.

Akan tetapi, ketika mereka mendapati adanya pasukan Belanda dalam satuan tentara Sekutu, maka bentrokan dan pertempuran tidak dapat dihindari.

Meskipun seringkali berakhir gagal, tetapi perundingan-perundingan mengenai gencatan senjata itulah yang menjadi cikal bakal diplomasi Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaannya pada fase-fase berikutnya.

Secara teoritis, penyelesaian militer dan diplomasi, jalan perjuangan bersenjata dan perundingan merupakan sarana untuk mencapai sasaran politik masing-masing. Pada dasarnya keduanya saling berlawanan, bahkan kadang kala saling menegasikan, namun juga dapat saling melengkapi.

Dari perspektif Indonesia, tema historiografi yang klasik dalam penyelesaian konflik Indonesia-Belanda ialah adanya tarik ulur antara pilihan perjuangan bersenjata dan diplomatik.

Perjuangan bersenjatan berkaitan dengan urusan pertempuran dan gerilya di Medan perjuangan fisik ditingkat lokal, sementara diplomasi cenderung menjadi urusan elit politik pusat.

Begitulah selama hampir lima tahun perjalanannya, wajah revolusi kemerdekaan Indonesia berlangsung dalam dialektika perjuangan fisik (militer) dan diplomasi yang keduanya senantiasa berinteraksi satu sama lain.

Perjuangan kemerdekaan Indonesia pada akhirnya berakhir dengan serangkaian jalan diplomasi. Diplomasi menuntaskan persoalan kedaulatan Republik Indonesia telah melalui perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang berlarut-larut hingga akhirnya kedaulatan RI diterima sebagai bagian dari RIS di penghujung tahun 1949.

Pada tahun 1950, Indonesia kembali penuh dengan sebagai sebutan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Perjuangan bersenjatan berkaitan dengan urusan pertempuran dan gerilya di Medan perjuangan fisik ditingkat lokal, sementara diplomasi cenderung menjadi urusan elit politik pusat.
Begitulah selama hampir lima tahun perjalanannya, wajah revolusi kemerdekaan Indonesia berlangsung dalam dialektika perjuangan fisik (militer) dan diplomasi yang keduanya senantiasa berinteraksi satu sama lain.        
Perjuangan kemerdekaan Indonesia pada akhirnya berakhir dengan serangkaian jalan diplomasi. Diplomasi menuntaskan persoalan kedaulatan Republik Indonesia telah melalui perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang berlarut-larut hingga akhirnya kedaulatan RI diterima sebagai bagian dari RIS di penghujung tahun 1949.
Pada tahun 1950, Indonesia kembali penuh dengan sebagai sebutan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Posting Komentar

0 Komentar