Seusai menumpas RMS, Kawilarang diangkat menjadi Panglima TT III Siliwangi di Bandung, Jawa Barat. Di tempat tugasnya ini dia dirongrong gerombolan DI/TII. Maka dia kemudian ingat gagasan membentuk pasukan khusus yang pernah diimpikannya bersama Slamet Riyadi. Dia merasa gangguan-gangguan yang ditimbulkan DI/TII sangat merugikan kesatuan. Untuk melawan gerombolan yang selalu bergerak, maka dia perlu kesatuan yang terlatih bertempur dalam kekuatan (jumlah) kecil namun "all round".
Awal tahun 1952 dia membentuk Kesatuan Komando Teritorium III, berkekuatan satu kompi dalam Komando Panglima Siliwangi. Pembentukan ini didiskusikan dengan Mayor Soewarto, seorang stafnya. Mereka kemudian ingat nama RB. Visser, mantan anggota KST (Korps Speciale Troepen), pasukan komando KNIL.
Rukos Bernardus Visser warga negara Belanda kelahiran Kanada, bergabung dengan Koninklijk Leger (KL) semasa Perang Dunia II setelah latihan para komando di Inggris. Seusai perang, Visser bertugas di Indonesia, berpangkat Kapten, Komandan School tot Opleiding van Parachutisten, sekolah pendidikan terjun payung.
Kericuhan rumah tangga memaksa Visser memulangkan istrinya ke Belanda dan meminta pensiun dipercepat. Mantan prajurit komando tersebut kemudian tinggal di Cisarua, menjadi petani bunga dan mengubah namanya menjadi Mochamad Idjon Djanbi.
Kawilarang lalu memerintahkan Letnan dua Aloysius Sugianto, mantan ajudan Slamet Riyadi, mencari Idjon Djanbi untuj menyampaikan tawaran, apakah dia bersedia memberi latihan dasar komando kepada pasukan khusus yang dibentuk TT III.
Idjon menyatakan bersedia asal dirinya diaktifkan sebagai militer dan memperoleh pangkat setingkat lebih tinggi dari pangkat tertinggi siswanya. Kawilarang kemudian mengangkatnya jadi TNI-AD dengan pangkat Mayor, sebab pangkat tertinggi calon siswa pasukan komando adalah Kapten. Setelah melewati latihan dasar komando, terbentuklah satu kompi pasukan Koter III dipimpin Kapten Soepomo.
MBAD mengamati keberhasilan Koter III dalam menumpas DI/TII dan ikut tertarik pada gagasan membentuk pasukan komando. Jumlah anggota kemudian ditambah, kendali dipegang markas besar dan nama kesatuan dijadikan Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD). Penambahan anggotanya tidak terbatas dari Siliwangi, sebab mereka pasukan khusus MBAD. Selama proses pembentukannya, pimpinan Angkatan Darat lebih dahulu mempersiapkan kader pelatih inti untuk bisa membantu Idjon Djanbi.



0 Komentar