Romusha adalah catatan hitam seorang Sukarno. Ribuan bahkan ratusan ribu nyawa rakyat Indonesia yang begitu mencintai Bung Karno, mati dengan cara mengenaskan akibat sistem kerja paksa yang kejam zaman pendudukan Jepang. Ironis, karena justru Bung Karno yang ditugasi Jepang mendata dan “merayu” rakyatnya memasuki ranah kerja paksa yang mengerikan itu di bayah banten.
Bung Karno menjawab, ada dua jalan untuk bekerja (menuju Indonesia merdeka). Pertama dengan tindakan revolusioner, yang menurut Bung Karno, kita belum siap. Jalan yang kedua adalah dengan bekerja-sama dengan Jepang sambil mengkonsolidasikan kekuatan dan menantikan sampai tiba saatnya ia (Jepang) jatuh. Saya mengikuti jalan kedua. Begitu kata Bung Karno. “Tapi kenapa Bung Karno sampai hati memberikan rakyat kita kepada mereka?” Jawab Bung Karno, “Dalam setiap perang ada korban. Tugas dari seorang Panglima adalah untuk memenangkan perang, sekalipun akan mengalami kekalahan dalam beberapa pertempuran di jalan.
Andai kata saya terpaksa mengorbankan ribuan jiwa demi menyelamatkan jutaan orang, saya akan lakukan. Kita berada dalam suatu perjuangan untuk hidup….”
Dalam dialog yang lebih lunak Bung Karno menjelaskan, langkah “kooperatif” dengan Jepang adalah untuk menjaga kepercayaan Jepang kepadanya sebagai pemimpin. Dan Sukarno tahu betul, saat itu sudah sangat dekat dengan pintu gerbang kemerdekaan. Terlebih setelah ia dan Hatta diterima Kaisar Tenno Heika, dan mendapat sinyal tentang dukungan Kaisar Jepang terhadap kemerdekaan Indonesia.
0 Komentar