Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani,
mouseion, yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil pemujaan terhadap Muses,
dewa yang berhubungan dengan kegiatan seni. Bangunan lain yang diketahui
berhubungan dengan sejarah museum adalah bagian kompleks perpustakaan yang
dibangun khusus untuk seni dan sains, terutama filosofi dan riset di Alexandria
oleh Ptolemy I Soter pada tahun 280 SM. Museum berkembang seiring berkembangnya
ilmu pengetahuan dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai
catatan sejarah kebudayaan. Museion merupakan sebuah bangunan tempat suci
untuk memuja Sembilan Dewi Seni dan llmu Pengetahuan. Salah satu dari sembilan
Dewi tersebut ialah: MOUSE, yang lahir dari maha Dewa Zous dengan
isterinya Mnemosyne.Dewa dan Dewi tersebut bersemayam di Pegunungan Olympus.
Museion selain tempat suci, pada waktu itu juga untuk berkumpul para
cendekiawan yang mempelajari serta menyelidiki berbagai ilmu pengetahuan, juga
sebagai tempat pemujaan Dewa Dewi.
Mendengar kata Museum, saya teringat pada
tempat saya bersekolah sewaktu SMA yaitu di kota Palembang, Sumatera
Selatan. Dan posting saya yang sekarang ini akan memberikan informasi
kepada pembaca Museum yang ada di Palembang.
1. Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya
2. Taman Purbakala Bukit Siguntang
Bagi perjalanan kota Pelembang, Bukit Siguntang
menyimpan sejarah-sejarah penting kota ini. Bukit Siguntang berada di atas
ketinggian 27 meter dari atas permukaan laut. Konon, tempat ini merupakan
tempat tertinggi di Palembang. Dari sini Anda dapat menikmati panorama indah
kota Palembang.
Terletak di Kelurahan Bukit Lama kota Palembang, masyarakat di sekitar tempat ini masih menganggap kawasan Bukit Siguntang sebagai tempat keramat. Pasalnya, di tempat ini dimakamkan berapa tokoh penting dari zaman kerajaan seperti Putri Kembar Dadar, Panglima Bagus Kuning, Putri Rambut Batu Api, bahkan kabarnya di sinilah tempat dimakamkannya Alexander The Great.
Pada tahun 1929, patung Buddha yang kini diletakkan di
Musem Sultan Mahmud Badaruddin II ditemukan pertama kali di Bukit Siguntang.
3. Monumen Perjuangan Rakyat
Monumen Perjuangan Rakyat terletak diantara Masjid Agung Palembang dengan Jembatan Ampera dan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.
Monumen didirikan untuk mengenang perjuangan rakyat
Sumatera Selatan ketika melawan penjajahan pada masa revolusi fisik yang
dikenal dengan “pertempuran lima hari lima malam” di Palembang pada tanggal 1
Januari 1947 yang melibatkan rakyat Palembang melawan Belanda.
4. Museum Balaputra Dewa
Museum ini dibangun pada tahun 1877 dengan arsitektur tradisional Palembang di atas area seluas 23.565 meter persegi dan diresmikan pada tanggal 5 November 1984. Pada mulanya museum ini bernama Museum Negeri Propinsi Sumatera Selatan, selanjutnya berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1223/1999 tanggal 4 April 1990. Museum ini diberi nama Museum Negeri Propinsi Sumatera Selatan “Bala Putra Dewa”.
Nama Bala Putra berasal dari nama seorang raja
Sriwijaya yang memerintah pada abad VIII-IX yang mencapai kerajaan maritime.
Di museum ini terdapat koleksi yang menggambarkan
corak ragam kebudayaan dan alam Sumatera Selatan. Lokasinya terdiri berbagai
benda histrografi, etnografi, feologi, keramik, teknologi modern, seni rupa,
flora dan fauna serta geologi. Selain terdapat rumah limas dan Rumah Ulu Ali,
kita dapat mengunjunginya dengan menggunakan kendaraan umum trayek km 12.
5. Musrum Sultan Mahmud Badaruddin II
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II yang berada di
seberang Sungai Musi ini memiliki bentuk asli bangunan tidak berubah
dari masa awal pendiriannya. Lokasinya di Jalan Sultan Mahmud Badaruddin II No.
2, Palembang.
Di museum ini Anda dapat menikmati sekitar 556 koleksi benda bersejarah, mulai dari bekas peninggalan kerajaan Sriwijaya hingga Kesultanan Palembang. Nama Sultan Mahmud Badaruddin II dijadikan nama museum ini untuk menghormati jasanya bagi kota Palembang.
Museum ini berdiri di atas bangunan Benteng Koto Lama
(Kuto Tengkurokato Kuto Batu) dimana Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo dan
Sultan Mahmud Badaruddin I (1724-1758) memerintah. Berdasarkan penyelidikan
oleh tim arkeologis tahun 1988, diketahui bahwa pondasi Kuto Lama ditemukan di
bawah balok kayu.
Benteng ini pernah habis dibakar oleh Belanda pada 17
Oktober 1823 atas perintah I.L. Van Seven House sebagai balas dendam kepada
Sultan yang telah membakar Loji Aur Rive. Kemudian di atasnya dibangun gedung
tempat tinggal Residen Belanda. Pada masa Pendudukan Jepang, gedung ini dipakai
sebagai markas Jepang dan dikembalikan ke penduduk Palembang ketika proklamasi
tahun 1945. Museum ini direnovasi dan difungsikan sebagai markas Kodam
II/Sriwijaya hingga akhirnya menjadi museum.
6. Museum Tekstil
Museum Tekstil Palembang – adalah museum yang
menampung kira – kira 500 macam barang yang menjadi koleksi bersejarah. Museum
ini berada di tengah kota Palembang, jelasnya berada tepat di Jalan Diponegoro.
Museum ini jarang di kunjungi oleh masyarakat, karena mungkin kurangnya
antusias masyarakat, terutama kaum mudanya untuk tertarik akan sejarah.
7. Kawah Tengkurep
Nama kawah tekurep diambil dari bentuk cungkup (kubah)
yang menyerupai kawah ditengkurapkan (Palembang:tekurep). Jika diukur dari
tepian Sungai Musi, kompleks makam ini berjarak sekitar 100 meter dari sungai.
Sekelilingnya dipagari dengan batu bata, yang sebagian telah rusak.
Di sisi yang menghadap Sungai Musi (arah selatan), terdapat gapura yang
merupakan gerbang utama untuk memasuki kompleks makam.
Di dalamnya, terdapat empat cungkup. Yaitu, tiga
cungkup yang diperuntukkan bagi makam para sultan dan satu cungkup untuk
putra-putri Sultan Mahmud Badaruddin, para pejabat dan hulubalang kesultanan.
0 Komentar