Hari itu tanggal 20 Juli sore, Pasukan Resimen Infantri ke 3-9 dan 3-12 tentara Kerajaan Belanda memasuki Tambun di barat kota kecil Bekasi. Pasukan paling depan yang dijuluki pendobrak yakni kesatuan HAMOT yang dipimpin Haji Panji dan Letnan Benvick, seorang anggota NEFFIS atau Intelijen Tentara Kerajaan Belanda memasuki Tambun
pukul 15.00.
Dari tempat lain yang strategis anak anak Resimen V Tjikampek dan laskar dari berbagai macam sudah siap menyambut mereka “pesta peluru” akan dimulai. Letnan Samsuar sebagai komadan TNI yang bermarkas di Stasiun Lemah Abang memimpin sendiri sergapan untuk menahan laju pasukan Belanda itu. Saat dilihat personil paling depan dari HAMOT sudah mulai mendekat ke jembatan kali, Letnan Batak itu memberi aba aba dengan menggerakkan tangan terkepal! Bluuuaaar!!!!!!….
Ledakan keras dari bom batok yang dipasang anak anak Resimen V Tjikampek meledak dengan keras! Lalu di ikuti seruan. “Tembak!” Dari Letnan Samsuar. Puluhan senjata berbagai jenis menembak serentak ke arah datangnya pasukan Belanda.
Dilayani dengan sengit pula oleh anggota HAMOT! Ratusan peluru terbang, morttir puluhan kali meledak baik dari sisi TNI dan laskar maupun balasan dari Belanda. Belasan anggota Laskar dari Tambun gugur karena posisi mereka paling depan dalam pertempuran itu, TNI menahan serangan Infantri Belanda dari lambung dan mencoba memutar dari belakang pasar Tambun sembari memberi tembakan bantuan pada laskar Tambun.
Sengit nya pertempuran Tambun sampai-sampai anggota HAMOT kehabisan peluru! Mereka bahkan hanya bisa menyumpah serapah dalam bahasa Betawi. “Sialan! mane tu bule Belanda, mati konyol kita di sini ga bisa balas!”
Ya hampir 4 jam pertempuran di Tambun berlangsung sengit! Kedua pihak merasa harus menang karena Tambun adalah titik pusat pertahanan Resimen V Tjikampek. Jika Tambun jatuh maka Belanda akan mudah menuju Tjikampek. Letnan Samsuar masih mengambil jalan melambung sambil terus memerintahkan pasukan TNI agar terus menembak karena dilihat pasukan lawan hanya bertahan karena tak bisa membalas tembakan!
Sampai pukul 20.00, pasukan Resimen infantri 3-9 datang membantu satuan HAMOT, pertempuran sengit kembali terjadi. Kali ini malah ditambah tembakan meriam berat Belanda. Melihat pasukan TNI dan laskar sudah berjibaku dan korban di pihak pejuang sudah banyak, tak ada jalan lain, mundur!
Sesaat akan memberi perintah mundur, Samsuar menoleh ke kiri. Belum mengeluarkan suara tiba tiba….. Bluuuaaar! satu ledakan keras memekakan telinga dan meledak tepat mengenai salah seorang anak buahnya. Ia gugur seketika. Tercenung sang Letnan tapi tak lama sampai ia mengambil keputusan melihat situasi pertempuran. Letnan Samsuar akhirnya memberi aba aba mundur seraya membawa korban yang luka luka ke arah kedunggedeh Karawang.
Akhirnya pukul 23.00 tanggal 20 Juli 1947, Tambun dapat dikuasai Belanda dan tanggal 23 esok mereka menerobos Karawang.
0 Komentar